Dalam
posting ini kami merilis sedikit tentang sejarah lahirnya Kota banda
Aceh Provinsi Aceh, berhubungan ada beberapa teman yang ingin mengetahui
atau sebagai referensinya tentang sejarah kota Banda Aceh yang letak
astronomisnya di 05°16' 15" - 05° 36' 16" Lintang Utara dan 95° 16' 15"
- 95° 22' 35" Bujur Timur dengan tinggi rata-rata 0,80 meter diatas
permukaan laut. Maka kami mencoba
mencari beberapa sumber atau refenrensi terpercaya tentang sejarah Kota
Banda Aceh yang dalam peta terletak di ujung barat pulau Sumatra.
Berikut dapat saudara (i) baca sejarah lahirnya Kota Banda Aceh.
Kerajaan Aceh [Sekarang Mesjid Baiturrahman] |
Kerajaan Aceh Darussalam dibangun diatas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha
seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra
Patra dan Kerajaan Indra Pura. Dari penemuan batu-batu nisan di Kampung
Pande yang salah satunya adalah batu nisan Sultan Firman Syah cucu
dari Sultan Johan Syah diperoleh keterangan bahwa Banda Aceh adalah
ibukota Kerajaan Aceh Darussalam yang dibangun pada hari Jum'at, tanggal 1 Ramadhan 601 H ( 22 April 1205 M)
yang dibangun oleh Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan
Kerajaan Hindu/Budha Indra Purba dengan ibukotanya Bandar Lamuri.
Tentang Kota Lamuri ada yang mengatakan ia adalah Lam Urik sekarang terletak di Aceh Besar. Menurut Dr. N.A. Baloch dan Dr. Lance Castle yang dimaksud dengan Lamuri adalah Lamreh
di Pelabuhan Malahayati (Krueng Raya sekarang). Sedangkan Istananya
dibangun di tepi Kuala Naga (kemudian menjadi Krueng Aceh) di Kampung
Pande sekarang ini dengan nama "Kandang Aceh". Dan pada masa
pemerintahan cucu Sultan Alaidin Mahmud Syah, dibangun istana
baru di seberang Kuala Naga (Krueng Aceh) dengan nama Kuta Dalam Darud
Dunia (dalam kawasan Meligoe Aceh atau Pendopo Gubernur sekarang) dan
beliau juga mendirikan Mesjid Djami Baiturrahman pada tahun 691 H.
Pejuang Kerajaan Aceh |
Banda
Aceh Darussalam sebagai ibukota Kerajaan Aceh Darussalam dan kini
merupakan ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah berusia 803
tahun (tahun 2008 M) dan merupakan salah satu kota Islam tertua di Asia
Tenggara. Seiring dengan perkembangannya Kerajaan Aceh Darussalam dalam perjalanan sejarahnya telah mengalami masa gemilang dan masa-masa suram yang menggentirkan.
Adapun
masa gemilang Kerajaan Aceh Darussalam yaitu pada masa pemerintahan
"Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah, Sultan Alaidin Abdul Qahhar (Al
Qahhar), Sultan Alaidin Iskandar Muda Meukuta Alam dan Sultanah Tajul
Alam Safiatuddin".
Sedangkan
masa percobaan berat, pada masa Pemerintahan Ratu yaitu ketika
golongan oposisi "Kaum Wujudiyah" menjadi kalap karena berusaha merebut
kekuasaan menjadi gagal, maka mereka bertindak liar dengan membakar
Kuta Dalam Darud Dunia, Mesjid Djami Baiturrahman dan bangunan-bangunan
lainnya dalam wilayah kota.
Kemudian
Banda Aceh Darussalam menderita penghancuran pada waktu pecah "Perang
Saudara" antara Sultan yang berkuasa dengan adik-adiknya, peristiwa ini
dilukiskan oleh Teungku Dirukam dalam karya sastranya, Hikayat Pocut Muhammad.
Masa
yang amat getir dalam sejarah Banda Aceh Darussalam pada saat terjadi
Perang Di jalan Allah selama 70 tahun yang dilakukan oleh Sultan dan
rakyat Aceh sebagai jawaban atas "ultimatum" Kerajaan Belanda yang
bertanggal 26 Maret 1837. Dan yang lebih luka lagi setelah Banda Aceh
Darussalam menjadi puing dan diatas puing kota Islam yang tertua di
Nusantara ini. Belanda mendirikan Kutaraja sebagai langkah awal dari
usaha penghapusan dan penghancuran kegemilangan Kerajaaan Aceh
Darussalam dan ibukotanya Banda Aceh Darussalam.
Sejak
itu ibukota Banda Aceh Darussalam diganti namanya oleh Gubernur Van
Swieten ketika penyerangan Agresi ke-2 Belanda pada Kerajaan Aceh
Darussalam tanggal 24 Januari 1874 setelah berhasil menduduki
Istana/Keraton yang telah menjadi puing-puing dengan sebuah
proklamasinya yang berbunyi:
Bahwa
Kerajaan Belanda dan Banda Aceh dinamainya dengan Kutaraja, yang
kemudian disahkan oleh Gubernur Jenderal di Batavia dengan beslit yang
bertanggal 16 Maret 1874, semenjak saat itu resmilah Banda Aceh
Darussalam dikebumikan dan diatas pusaranya ditegaskan Kutaraja sebagai
lambang dari Kolonialisme.
Pergantian
nama ini banyak menimbulkan pertentangan di kalangan para tentara
Kolonial Belanda yang pernah bertugas dan mereka beranggapan bahwa Van
Swieten hanya mencari muka pada Kerajaan Belanda karena telah berhasil
menaklukkan para pejuang Aceh dan mereka meragukannya.
Awal Penetapan Kota Banda Aceh
Setelah
89 tahun nama Banda Aceh Darussalam telah dikubur dan Kutaraja
dihidupkan, maka pada tahun 1963 Banda Aceh dihidupkan kembali, hal ini
berdasarkan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah
bertanggal 9 Mei 1963 No. Des 52/1/43-43. Dan semenjak tanggal tersebut
resmilah Banda Aceh menjadi nama ibukota Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam dan bukan lagi Kutaraja hingga saat ini.
Sejarah duka Banda Aceh ketika bencana gempa dan tsunami melanda Aceh pada hari
Minggu tanggal 26 Desember 2004 jam 7.58.53 telah menghancurkan
sepertiga wilayah Banda Aceh. Ratusan ribu jiwa penduduk menjadi korban
bersama dengan harta bendanya menjadi mimpi buruk bagi warga Banda
Aceh. Bencana gempa dan tsunami dengan kekuatan 8,9 SR tercatat sebagai
peristiwa sejarah terbesar di dunia dalam masa dua abad terakhir ini.
Tsunami Aceh |
Kini
Banda Aceh telah mulai pulih kembali, kedamaian telah menjelma setelah
perjanjian damai di Helsinki antara pemerintah RI dan GAM seiring
dengan proses rehabilitasi dan rekontruksi Banda Aceh yang sedang
dilaksanakan. Pemerintah Aceh kembali membangun Banda Aceh yang
dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Badan Pelaksana Rehabilitasi dan
Rekontruksi Aceh dan Nias (BRR) serta bantuan dari badan-badan dunia
dan berbagai Negara Donor bersama lembaga asing maupun lokal. Pemerintah
Aceh juga telah menetapkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang
disepakati bersama DPRD Aceh yang dituangkan dalam Rencana Strategis
Kota Banda Aceh tahun 2005-2009, selanjutnya dituangkan dalam program
kegiatan tahunan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota
Banda Aceh. Dengan kedamaian yang telah diraih ini dan melalui proses
rehabilitasi dan reknstruksi, Banda Aceh mulai bangkit kembali, cahaya
terang membawa harapan untuk meraih cita-cita bagi kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat.
MoU RI-GAM |
Pemerintahan
Peta Kota Banda Aceh |
Kota
Banda Aceh terdiri dari 9 Kecamatan, 17 Mukim, 70 Desa dan 20
Kelurahan. Walikota Banda Aceh yang sekarang adalah Mawardi Nurdin dan
wakilnya Illiza Saaduddin Djamal. Mereka terpilih kembali dalam Pilkada pada 09 April 2012 untuk masa bakti periode 2012 s/d 2017 yang diusung Partai Demokrat, PPP, dan sejumlah partai lainnya, Hasil pemilihan tersebut menunjukan kedua pasangan itu meraih 43,44 persen suara. Namun sebelumnya, Mawardi Nurdin dan Illiza
Saaduddin Djamal juga pernah menjabat sebagai wali kota dan wakil wali
kota Banda Aceh periode 2006 s/d 2012 dari hasil pemilihan 11 Desember 2006 lalu.
Kecamatan
Semula
hanya ada 4 kecamatan di Kota Banda Aceh yaitu Meuraksa, Baiturrahman,
Kuta Alam dan Syiah Kuala. Kemudian berkembang menjadi 9 kecamatan
yaitu: Baiturrahman, Banda Raya, Jaya Baru,Kuta Alam, Kuta Raja,Lueng
Bata, Meuraksa, Syiah Kuala,dan Ulee Kareng
Daftar Wali Kota Banda Aceh
No. | Foto | Nama | Dari | Sampai | Keterangan |
1. | Teuku Ali Basyah | 1957 | 1959 | ||
2. | Teuku Oesman Yacoub | 1959 | 1967 | ||
3. | T. Mohd. Syah | 1967 | 1968 | ||
4. | T. Ibrahim | 1968 | 1970 | ||
5. | Teuku Oesman Yacoub | 1970 | 1973 | ||
6. | Drs. Zein Hasjmy Ec | 1973 | 1978 | ||
7. | Drs. Djakfar Ahmad MA | 1978 | 1983 | ||
8. | Drs. Baharuddin Yahya | 1983 | 1993 | ||
9. | Drs. Said Hussain Al-Haj | 1993 | 1998 | ||
10. | Drs. Muhammad Y | 1998 | 1998 | PLT Walikotamadya | |
11. | Drs. Zulkarnain | 1998 | 2003 | ||
12. | Drs. H. Syarifuddin Latif | 2003 | 2004 | Pj Walikota | |
13. | Ir. Mawardy Nurdin, M.Eng, Sc | 2005 | 2006 | Pj Walikota | |
14. | Drs. Razali Yussuf | 2006 | 2007 | Pj Walikota | |
15. | Ir. Mawardy Nurdin, M.Eng, Sc | 2007 | 2012 | Walikota | |
16. | Drs. T. Saifuddin TA, M.Si | 2012 | Juli 2012 | Pj Walikota |
17. | Ir. Mawardy Nurdin, M.Eng, Sc | 2012 | Sekarang | Walikota |
Mawardi Nurdin & Illiza Saaduddin Djamal [Walikota dan Wakil Walikota Banda Aceh] |
Referensi/Sumber
Editor: Safrizal
Posting Komentar